For The Second Time

Sherina duduk di salah satu sofa yang ada di lobby kantor ini. Gedung 5 tingkat ini adalah kantor pusat dari Got The Beat Entertainment—agensi hiburan yang menaungi Kayandhra dan banyak artis tanah air lainnya. Sebetulnya, alih-alih disebut sebagai perkantoran, lobby gedung ini lebih cocok dijadikan lobby hotel bintang 5. Benar-benar luas dengan interior yang mewah. Wajar sih, artis jebolan agensi ini saja semuanya sangat sukses dan terkenal.

Hari ini akan menjadi pertemuan pertama Sherina dengan seluruh pemain sekaligus reading naskah pertama bagi para aktor dan aktris. Sebagai penulis novel Sunflower, Sherina ingin dirinya terlibat sebanyak mungkin dalam proses pembuatan film ini. Dia tidak mau melepasnya asal ke sembarang orang, lantas di akhir dia kecewa karena tak sesuai ekspektasi. Karena itu lah dirinya ada di sini hari ini.

Masih di sofa tempatnya duduk tadi, Sherina melihat ke kanan-kiri barang kali Yena sudah datang. Ketika ia hendak mengambil ponselnya dan bertanya di mana Yena untuk kedua kalinya, seorang laki-laki yang baru saja memasuki gedung menangkap perhatiannya. Laki-laki itu menggunakan celana hitam dengan hoodie biru dongker dan airpods di telinga kanannya.

“Iya iya ini gue udah sampe,” cakap laki-laki itu dengan seseorang di seberang sana.

“Anjir iya, ini mau naik gausah ngomel mulu.” Dia melepas airpods dari telinganya dengan wajah mengernyit. Sepertinya dia baru saja dimarahi.

Bodohnya Sherina, pandangannya sejak tadi tidak lepas dari laki-laki itu. Sialnya lagi, orang itu sadar akan keberadaan Sherina dan malah datang menghampirinya. Sherina buru-buru mengalihkan pandangannya—berpura-pura tidak tahu apa yang baru saja terjadi. Kedua tangannya ia gunakan untuk membenarkan rambutnya—yang sebenarnya tidak berantakan—agar ia terkesan sedang sibuk sendiri.

“Sher?” panggil laki-laki itu.

Mampus gueee. Detik itu juga ingin rasanya Sherina terbang ke Mars dan hidup dengan tenang bersama alien di sana.

Sebenarnya Sherina sadar betul kalau cepat atau lambat dia memang akan segera bertemu dengan orang ini, tapi dengan situasi yang mendadak begini, kejadian memalukan di Dufan beberapa bulan lalu kembali terputar dengan jelas di kepalanya.

“Eh, ini bener Sherina kan, ya?” tanya laki-laki itu memastikan.

“Hehehe... Iya...” jawabnya ragu-ragu. Matanya melirik kesana kemari menghindari saling tatap. Detik ini juga ia benar-benar menyesal kenapa waktu itu dia mengikuti saran Kinara. Niatnya sih biar lega, tapi akhirnya malah jadi bumerang untuk diri sendiri.

“Hahaha, kenapa gitu sih, Sher. Kayak takut banget sama gue. Gue belum makan orang kok, tenang.” Kayandhra berusaha mencairkan suasana yang lagi-lagi makin membuat Sherina ingin kabur saja rasanya.

KAK YENA MANA SIHHH KOK LAMA BANGET, jeritnya dalam hati.

Setelah beberapa menit terakhir hanya diam mematung, Sherina akhirnya memiliki keberanian untuk bertanya. “Lo... mau ke atas juga ya, Kay?”

“Iya. Lo udah daritadi? Kenapa belum naik?” Kayandhra menggeser sedikit sofa yang ada di depan Sherina dan duduk di sana.

“Lagi nunggu temen.” Kayandhra hanya mengangguk-angguk mendengar jawaban Sherina.

Sekarang hanya hening yang tersisa di antara keduanya. Kayandhra yang bingung mau bertanya apa lagi, dan Sherina yang memang menghindari percakapan. Sherina bolak-balik menunduk melihat sepatunya karena bingung mau apa, sedangkan Kayandhra hanya menggeser-geser layar ponselnya agar tidak terlihat diam saja.

“Sher!” Tepat waktu. Akhirnya orang yang kehadirannya sangat ditunggu Sherina tiba juga. Yena datang dengan membawa satu gelas iced cappucino di tangan kanannya.

“Ayo naik,” ajaknya kepada Sherina. Sherina langsung berdiri dari tempat duduknya, begitu pun dengan Kayandhra.

“Eh, udah ada Kay juga ternyata. Kenapa gak naik duluan aja, Kay? Si Zidane dari tadi udah heboh aja takut kamu telat.” Yena memimpin langkah mereka menuju lift. Posisi ketiganya saat ini sudah seperti bos yang didampingi dua orang pengawalnya. Yena berjalan di depan dengan Kayandhra dan Sherina di kiri-kanannya.

“Hahaha iya Kak, dari tadi aku ditelfonin mulu sama dia. Padahal dia aja yang lebay.” Yena terkekeh pelan mendengar jawaban Kayandhra.

Yena dan Kayandhra sudah pernah bertemu sebelumnya. Waktu penanda tanganan kontrak, Yena menjadi salah satu perwakilan dari pihak Future Publisher. Saat itu lah keduanya bertemu. Oh iya, impian Yena waktu di Dufan yang ingin tanda tangan Kayandhra kini sudah tercapai. Di hari penada tanganan itu Yena juga sekalian meminta tanda tangan Kayandhra. Duh, Yena ini sepertinya impian semua penggemar, ya. Awalnya hanya bisa lihat di layar kaca tapi sekarang justru sering bertemu karena pekerjaan.

“Eh iya Sher, nih minumanmu.” Yena menyodorkan minuman yang tadi dipegangnya ketika mereka sudah berada di dalam lift.

“Makasih, Kak.” Sherina menerima minuman dari Yena dan kemudian kembali diam seperti sebelumnya

“Ih, kamu kenapa diem mulu sih? Biasanya juga bawel,” rutuk Yena karena kesal dengan sikap aneh Sherina yang tidak seperti biasanya.

“Lagi males ngomong aja,” jawabnya seadanya.

“Kay, dia nih kenapa sih? Dia waktu SMA juga gini gak kalo sama kamu?” tanya Yena kepada Kayandhra.

“Iya emang gi—”

Belum tuntas Sherina berbicara, Kayandhra justru menjawab, “Engga Kak, dulu dia mah bawel banget kalo sama aku,” dengan nada yang melebih-lebihkan.

Ingin sekali Sherina menjambak rambut Kayandhra dan menyuruhnya diam saat itu juga. Melihat Sherina yang sepertinya makin bete, Kayandhra malah cengengesan. Yena yang ada di tengah-tengah mereka bolak-balik memperhatikan keduanya berusaha menerka apa yang sebenarnya sedang terjadi.

Hari ini, Yena benar-benar jadi penyelamat mereka. Coba bayangkan kalau tadi Yena tidak kunjung datang dan mereka terpaksa naik lift berdua. Sudah tidak terbayang akan secanggung apa jadinya. Kalau di film-film, backsound suara jangkring sudah pasti akan diputar detik itu juga saking canggungnya atmosfer di sana.

Bicara soal pertemuan keduanya hari ini, boleh jadi pertemuan ini akan jadi permulaan bagi kisah mereka di lain waktu. Awalan baru untuk menyambung kisah yang pernah ada, awalan baru untuk yang kedua kalinya.