8.

“ZOOOOO UDAH JADI BELUM SIH? AKU LAPARRRR,” teriak Rafael dari ruang tengah kepada Azora yang masih sibuk di dapur.

Dua orang remaja ini baru saja menyelesaikan sesi belajarnya, dan sesuai janjinya tadi, Azora kini tengah memasak carbonara yang menjadi alasan utama Rafael mau datang.

“IYA SABARRRR, BENTAR LAGIIII,” balas Azora dengan berteriak pula.

Bosan menunggu, Rafael memutuskan untuk berjalan mengelilingi rumah yang sebenarnya sudah ia hafal di luar kepala denahnya. Sebuah buku berwarna merah muda yang tergeletak di meja depan pintu masuk menarik perhatian Rafael.

Itu buku diary milik Azora. Buku yang dari dulu Rafael selalu penasaran isinya tapi tidak pernah diizinkan oleh Azora. Jangankan membaca, memegangnya saja tidak boleh. Sejak mereka kenal, itu sudah entah buku diary ke-berapa yang dimiliki Azora. Seingatnya dulu ada yang berwarna biru, ungu, dan ada yang merah muda juga, tapi bukan yang ada di hadapannya sekarang ini.

Rafael tau Azora tidak akan suka ini. Rafael tau Azora akan marah kepadanya. Namun apa daya, rasa penasarannya jauh lebih besar dari itu. Tidak ada yang melihat, pikirnya.

Rafael membuka lembaran buku itu asal.

Halaman pertama yang terbuka, cerita Azora yang harus berdiri di depan kelas sampai istirahat pertama karena terlambat masuk kelas. Rafael tertawa.

Halaman berikutnya, Rafael tersipu malu. Isinya tentang Azora yang memuji-muji Rafael karena sudah membelikannya boneka yang sudah entah sajak kapan perempuan itu inginkan.

Lembar demi lembar yang dibukanya, ia tiba di halaman terakhir. Tanggalnya hari ini, artinya baru saja ditulis belum terlalu lama.

Aku suka kesel banget dan gangerti sama Ael.

Rafael tertawa membaca kalimat pembuka halaman itu.

Ael orang paling males yang aku kenal padahal sebenernya dia pinter.

Lagi-lagi Rafael tersenyum yang diiringi dengan kekehan di akhirnya.

Dibacanya setiap kalimat yang ada di sana. Hingga ia tiba di bagian terakhir. Rafael terdiam sejenak.

Aku suka Ael.

Rafael benar-benar terkejut, karena ia tidak pernah menyangka. Teman yang selalu bersamanya sejak kecil ternyata menyimpan rahasia tentang perasannya dari dirinya. Rafael bingung.

Kata orang, persahabatan akan goyah jika ada rasa yang terlibat. Tapi di satu sisi, Rafael akan menjadi pembohong besar kalau ia bilang dia tidak pernah bertanya-tanya tentang perasaannya terhadap Azora.