058.

Long story short, 2 weeks have passed.

Aidan and I get a bit closer eversince that face time incident. Well at least that’s what me and almost the whole school thought.

Gue jadi lumayan sering chat dan ngobrol sama Aidan di sekolah. Kadang Aidan suka dateng ke kelas gue kalo istirahat. Kalau dia lagi punya banyak cerita, dia bakal ngomong non-stop selama seenggaknya 30 menit, tapi kalau menurut dia gak ada yang menarik, dia bisa cuma duduk di kursi depan gue yang diputer jadi hadap-hadapan terus dia main handphone aja sampai waktu istirahat habis. Kalau gue tanya ngapain disini, jawaban dia selalu, “Males ah kantin panas.”

Omongan-omongan tentang gue dan Aidan juga mulai menyebar. Yang katanya kita pacaran lah, Aidan punya hutang sama gue lah, sampe rumor kita tunangan tuh juga ada.

Rumor yang terakhir itu bisa muncul karena dulu ada kakak sepupunya Aidan, Kak Rangga, yang akhirnya pas kelas 12 ketauan kalau punya tunangan dari kelas 10. Hal kayak gini sebenernya udah gak asing di keluarga gue dan sebagian anak-anak di sekolah, tapi emang biasanya dirahasiain dari publik sampai akhirnya resmi diumumin.

Gue males banget sama semua ini, tapi ya gimana lagi. Gue main sama Aidan, orang yang dikenal satu sekolah dan temennya dimana-mana. Ini sih emang nasib namanya.